Oleh Rian Rifqi Ariyanto
Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas
Negeri Semarang
Akhir-akhir
ini, para pemerhati pendidikan memerikan kritikan atas paradigma sekolah yang
membedakan antara sekolah khusus dengan sekolah umum, mereka yang memiliki
kebutuhan khusus dengan manusia normal. Para pemerhati pendidikan berpendapat
bahwa setiap dalam diri manusia itu memiliki gaya dan irama belajar yang
berbeda, dan manusia itu selain makhluk sosial juga merupakan makhluk
individual. Hal ini berarti manusia memiliki keunikan, yaitu salah satunya keunikan
dalam hal belajar, dan juga keunikan dalam meraih kesuksesan.
Di
Amerika Serikat terdapat sekolah yang memberikan kebebasan sepenuhnya pada
siswa untuk memilih gaya belajar yang diinginkan sesuai dengan individunya,
yaitu Sekolah Demokratis Model Sudbury. Mereka berpendapat bahwa belajar
itu proses yang kita lakukan, bukan proses yang bekerja untuk kita, dan memang
seperti proses yang terjadi pada setiap orang, dimana saja dan kapan saja. Dari
sekolah yang ada di Amerika ini, kita bisa melihat bahwa banyak cara untuk
belajar tanpa ada intervensi pengajaran, atau dapat dikatakan intervensi dari
seorang guru yang berkuasa. Sekolah Demokratis Model Sudbury menunjukkan bahwa
tidak ada paksaan, tekanan, desakan, bujukan, atau disogok agar mau belajar.
Dan tidak ada satu pun siswa lulusan sekolah ini yang tidak bisa membaca dan
menulis, dan dalam kemampuan literasinya juga sepadan dengan siswa seumuran
yang lain.
Di
tengah metode-metode instruksional yang homogen dan terstandarisasi secara
ketat, pendekatan alternatif pun dibutuhkan, salah satunya yaitu Model
pembelajaran Sudbury sebagai alternatif yang memberikan kebebasan pada setiap
siswa dan didorong untuk dilatih bertanggung jawab atas tindakan yang
dilakukan, belajar sesuai gaya belajarnya sendiri. Semua itu lebih efektif dari
pada mengukuti kewajiban kurikulum yang rigid.
Menurut
Gerald Coles ada agenda-agenda rasional dibalik kebijakan pendidikan yang
digunakan untuk mendukung argumentasi terkait dengan pengajaran literasi.
Sayangnya, agenda-agenda ini menemukan kegagalannya di lapangan. salah satu
agenda tersebut yaitu gagasan bahwa ada penjelasan neurologis atas mereka yang
tidak memiliki kemampuan maksimal dalam belajar.
0 komentar:
Post a Comment